oleh IPI IRAN | Apr 25, 2024 | Dokter Indonesia Lulusan: School of Medicine, Tehran University of Medical Sciences
Diabetes
Apa Itu Diabetes (Gula Darah Tinggi)? Diabetes atau penyakit gula (gula darah tinggi) adalah penyakit kronis (jangka panjang) yang perlu kamu waspadai. Adapun tanda utama dari penyakit ini adalah meningkatnya kadar gula darah (glukosa) melebihi nilai normal. Diabetes terjadi ketika tubuh pengidapnya tidak lagi mampu mengambil gula (glukosa) ke dalam sel dan menggunakannya sebagai energi. Kondisi ini pada akhirnya menghasilkan penumpukan gula ekstra dalam aliran darah tubuh.
Penyakit diabetes yang tidak terkontrol dengan baik dapat menyebabkan konsekuensi serius, menyebabkan kerusakan pada berbagai organ dan jaringan tubuh.
Diabetes tipe 1
jenis ini adalah penyakit autoimun, artinya sistem imun tubuh akan menyerang dirinya sendiri. Pada kondisi ini, tubuh tidak akan memproduksi insulin sama sekali.
Diabetes tipe 2
Pada jenis diabetes ini, tubuh tidak membuat cukup insulin atau sel- sel tubuh pengidap diabetes tipe 2 tidak akan merespons insulin secara normal.
Penyebab Gula Darah Tinggi (Diabetes). Kadar gula darah normal yaitu kurang dari 100 mg/dL. Apabila kadar gula darah sudah mencapai 100-125 mg/dL berarti masuk status prediabetes. Sementara itu, kadar gula darah yang mencapai 126 mg/dL ke atas sudah tergolong diabetes. Kadar gula darah tinggi dikenal sebagai hiperglikemia. Pada dasarnya hiperglikemia adalah kondisi ketika kadar gula dalam darah meningkat atau berlebihan. Sementara itu diabetes merupakan penyakit yang sebagian besar dipengaruhi oleh hiperglikemia.
Penyebab gula darah tinggi dari penyakit gula terjadi akibat adanya gangguan alam tubuh. Sebab, kondisi ini membuat tubuh tidak mampu menggunakan glukosa arah ke dalam sel. Alhasil, glukosa menumpuk dalam darah. Pada penyakit gula tipe 1, gangguan ini terjadi akibat sistem kekebalan tubuh yang biasanya menyerang virus atau bakteri berbahaya lainnya, malah menyerang dan menghancurkan sel penghasil insulin.
Akibatnya, tubuh kekurangan atau bahkan tidak dapat memproduksi insulin sehingga gula yang seharusnya diubah menjadi energi oleh insulin, menyebabkan terjadinya penumpukan gula dalam darah. Sedangkan pada penyakit gula tipe 2, tubuh bisa menghasilkan insulin secara normal. Tetapi, insulin tidak dapat tubuh gunakan secara normal. Kondisi ini dikenal juga sebagai resistensi insulin.
Penyebab Diabetes
Faktor Risiko Gula Darah Tinggi (Diabetes). Terdapat beberapa faktor risiko penyakit gula tipe 1, antara lain: Faktor riwayat keluarga atau keturunan, yaitu ketika seseorang akan lebih memiliki risiko terkena diabetes tipe 1 jika ada anggota keluarga yang mengidap penyakit yang sama, karena berhubungan dengan gen tertentu. Faktor geografi, orang yang tinggal di daerah yang jauh dari garis khatulistiwa, seperti di Finlandia dan Sardinia, berisiko terkena diabetes tipe 1. Hal ini disebabkan karena kurangnya vitamin D yang bisa didapatkan dari sinar matahari, sehingga akhirnya memicu penyakit autoimun. Faktor usia. Penyakit ini paling banyak terdeteksi pada anak-anak usia 4–7 tahun, kemudian pada anak- anak usia 10–14 tahun. Faktor pemicu lainnya, seperti mengonsumsi susu sapi pada usia
terlalu dini, air yang mengandung natrium nitrat, sereal dan gluten sebelum usia 4 bulan atau setelah 7 bulan, memiliki ibu dengan riwayat preeklampsia, serta menderita penyakit kuning saat lahir. Sementara itu, berikut adalah beberapa faktor risiko dari penyakit gula tipe 2, antara lain:
Berat badan berlebih atau obesitas. Distribusi lemak perut yang tinggi. Gaya hidup tidak aktif dan jarang beraktivitas atau berolahraga. Riwayat penyakit diabetes tipe 2 dalam keluarga. Ras kulit hitam, hispanik, Native American, dan Asia-Amerika, memiliki angka pengidap lebih tinggi dibandingkan dengan ras kulit putih. Usia di atas 45 tahun, walaupun tidak menutup kemungkinan dapat terjadi sebelum usia 45 tahun. Kondisi prediabetes, yaitu ketika kadar gula darah lebih tinggi dari normal, tapi tidak cukup tinggi untuk diklasifikasikan sebagai diabetes. Riwayat diabetes saat hamil. Wanita dengan sindrom ovarium polikistik, yang ditandai dengan menstruasi tidak teratur, pertumbuhan rambut berlebihan, dan obesitas.
oleh IPI IRAN | Apr 25, 2024 | Dokter Indonesia Lulusan: School of Medicine, Tehran University of Medical Sciences
Apa itu Hipertensi?
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan kondisi ketika tekanan darah di atas batas normal (130/80 mmHg atau lebih). Kondisi ini dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi kesehatan yang membahayakan nyawa jika dibiarkan. Bahkan, gangguan ini dapat menyebabkan peningkatan risiko terjadinya penyakit jantung, stroke, hingga kematian. Istilah tekanan darah sendiri bisa digambarkan sebagai kekuatan dari sirkulasi darah terhadap dinding arteri tubuh yang merupakan pembuluh darah utama. Besarnya tekanan yang terjadi bergantung pada resistensi dari pembuluh darah dan seberapa intens jantung untuk bekerja. Seseorang dapat mengalami tekanan darah tinggi apabila semakin banyak darah yang dipompa oleh jantung dan akibat sempitnya pembuluh darah pada arteri.
Hipertensi dapat diketahui dengan pemeriksaan secara rutin pada tekanan darah. Hal ini direkomendasikan untuk dilakukan setiap tahun oleh semua orang dewasa. Pembacaan tekanan darah dilakukan dalam satuan milimeter air raksa (mmHg). Hasil pemeriksaan akan terbagi menjadi dua nomor, yaitu: Angka pertama atau sistolik mewakili tekanan dalam pembuluh darah ketika jantung berkontraksi atau berdetak. Angka kedua atau diastolik mewakili tekanan di dalam pembuluh darah ketika jantung beristirahat di antara detaknya. Seseorang bisa dikatakan mengalami hipertensi jika angka tekanan darah sistolik dari pengukuran selama dua kali berturut-turut memperlihatkan hasil yang lebih besar dari 140 mmHg, dan/atau angka tekanan darah diastolik menunjukkan hasil yang lebih besar dari 90 mmHg.
Penyebab Hipertensi
Hipertensi terbagi menjadi dua jenis, yaitu hipertensi primer dan sekunder. Berikut penjelasan tentang penyebab hipertensi ini:
1. Hipertensi Primer – Sering kali, penyebab terjadinya hipertensi pada kebanyakan orang dewasa tidak dapat diidentifikasi. Hipertensi primer cenderung berkembang secara bertahap selama bertahun-tahun yang akhirnya semakin parah jika tidak dilakukan penanganan.
2. Hipertensi Sekunder – Beberapa orang memiliki tekanan darah tinggi karena alami kondisi kesehatan yang mendasarinya. Hipertensi jenis ini cenderung terjadi secara tiba-tiba dan menyebabkan tekanan darah lebih tinggi dibandingkan hipertensi primer.
Berbagai kondisi yang dapat menyebabkan hipertensi sekunder, antara lain: Obstruktif sleep apnea (OSA); Masalah ginjal; Tumor kelenjar adrenal; Masalah tiroid; Cacat bawaan di pembuluh darah; Obat-obatan, seperti pil KB, obat flu, dekongestan, obat penghilang rasa sakit yang dijual bebas; Obat-obatan terlarang; Baca lebih lanjut: Jenis-jenis Hipertensi
Faktor Risiko Hipertensi
Memang faktor risiko untuk alami hipertensi berbanding lurus dengan usia. Seseorang yang memiliki usia lebih tua memiliki kemungkinan lebih besar untuk alami hipertensi. Beberapa faktor risiko lainnya yang dapat meningkatkan terjadinya hipertensi adalah: Memiliki usia di atas 65 tahun; Sering mengonsumsi makanan tinggi garam berlebihan; Alami kelebihan berat badan atau obesitas; Adanya riwayat keluarga dengan kondisi medis yang sama; Kurang mengonsumsi buah dan sayuran; Tidak aktif secara fisik atau jarang berolahraga; Mengonsumsi terlalu banyak makanan atau minuman yang mengandung kafein; Memiliki kebiasaan merokok; Banyak mengonsumsi minuman beralkohol; Stres. Tingkat stres yang tinggi dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara; Alami kondisi kronis tertentu, seperti penyakit ginjal, diabetes, atau sleep apnea; Perlu dipahami juga terkadang kehamilan juga dapat menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi; Selain itu, gangguan ini juga dapat terjadi pada anak-anak yang biasanya disebabkan masalah pada ginjal atau jantung. Pengaruh gaya hidup yang buruk juga semakin memperparah masalah ini. Meski demikian, kamu dapat menurunkan atau bahkan mencegah risiko terjadinya hipertensi dengan mengubah pola hidup menjadi lebih sehat dan mengatur pola makan secara rutin. Pastikan untuk memenuhi asupan gizi pada tubuh agar tetap sehat, konsumsi air putih setiap hari, dan berolahraga secara teratur. Lengkapi juga dengan mengonsumsi suplemen atau vitamin untuk menjaga tubuh agar tetap sehat.
Gejala Hipertensi
Seseorang yang mengidap hipertensi akan merasakan beberapa gejala yang timbul, antara lain: Sakit kepala; Mimisan; Masalah penglihatan; Nyeri dada; Telinga berdengung; Sesak napas; dan Aritmia. Untuk hipertensi yang berat gejalanya bisa berupa: Kelelahan; Mual dan/atau muntah; Kebingungan; Merasa cemas; Nyeri pada dada; Tremor otot; dan Adanya darah dalam urine.